Bound To You

Bound To You

Author : Fai

Cast :

  • Byun Baekhyun | Baekhyun EXO
  • Shin Ri Yong (OC)

Genre : romance, fluff(?)

Rating : T

Length : oneshot

Disclaimer : the plot is mine!

N.B. : MAAF LAMA NGGA UPDATE! T_T segala macam cuapcuapnya, ada di bawah ya.. mending kalian langsung baca aja._.v

FF ini request-an dari Roseline ^^ semoga suka ya chingu~ and happy reading!

Warning : di sini tidak menerima silent readers! #jeger

I found a girl I can trust

And I believe in love

“BOUND TO YOU”

Laki-laki itu tersenyum gemas di hadapan seorang gadis yang merupakan kekasihnya. Sedangkan gadis itu hanya menggembungkan pipinya dan mengerucutkan bibirnya—ia merasa kesal. Walaupun begitu, ia tetap terlihat cantik. Ditambah dengan ekspresi kesal di wajahnya—membuat gadis itu terlihat lebih lucu.

Oppa, aku mau kau mengajakku ke pasar malam itu hari ini!” rengek gadis itu.

“Hari ini aku sibuk, Yongie. Hari Sabtu saja, ya?” tolak laki-laki itu. Gadis bernama Ri Yong itu menghentak-hentakkan kakinya di tanah seraya menggeleng.

Anni! Aku mau hari ini, pasar malam itu akan dibuka hari ini dan aku ingin menjadi orang pertama yang datang ke sana!” gadis itu semakin bersikeras.

Laki-laki bernama Baekhyun itu tersenyum kecil. Sebenarnya dia ingin sekali mengajak gadis bernama Ri Yong itu ke pasar malam yang baru akan dibuka hari ini. Tapi, hari ini jadwalnya cukup padat—mengingat ia sekarang sudah kelas 3 SMA, sedangkan Ri Yong masih kelas 2 SMA.

Byunnie oppa, jebal..,” Ri Yong merengek untuk yang kesekian kalinya. Dan sekarang ia terpaksa mengeluarkan senjata puppy eyes-nya. Baekhyun mengacak-acak rambut Ri Yong gemas.

“Tidak hari ini, Ri Yong.. Aku janji akan mengajakmu mengunjungi pasar malam itu, tapi tidak hari ini.. Aku janji dua hari lagi aku akan mengajakmu ke sana,” bujuk Baekhyun. Suaranya terdengar sangat lembut.

Shireo!” bentak Ri Yong. Akhirnya Baekhyun menyerah dan menatap Ri Yong pasrah.

“Kalau begitu, kau hukum saja aku karena aku tidak bisa mengajakmu ke sana hari ini. Bagaimana?”

Ri Yong mengerucutkan bibirnya. Dia berpikir sejenak dan mengangguk setuju.

“Kalau begitu, selama dua hari ini aku tidak akan menyapamu, tidak akan mengirimimu pesan singkat, aku tidak akan membalas semua pesan singkat ataupun email-mu, aku tidak akan menelponmu, aku tidak akan menjawab panggilanmu dan aku tidak mau diganggu olehmu!” ujar Ri Yong kesal. Baekhyun terkekeh pelan.

“Kau yakin? Aku yakin dalam waktu beberapa jam ke depan nanti pasti kau akan mencariku,” ujar Baekhyun seraya tertawa kecil. Ri Yong memukul-mukul kecil pundak Baekhyun.

“Terserah! Aku kembali ke kelas!” Ri Yong meninggalkan Baekhyun sendirian di koridor sekolah dan kembali ke kelas.

Baekhyun menatap kepergian gadis yang melangkah kesal itu dengan tersenyum. Walaupun sifat kekasihnya itu sangat kekanak-kanakkan, Baekhyun tetap menyayanginya—sekalipun gadis itu cukup egois.

“Aku tahu kau pasti tidak bisa mendiamiku dalam waktu satu jam.”

+++

Selama di kelas, Ri Yong masih memendam rasa kesalnya. Ia merasa ada yang mengganjal di hatinya. Mungkin Baekhyun memang benar, gadis ini tidak bisa jauh darinya.

Sekarang dia sedang apa, ya? Apakah di kelasnya saat ini ada guru? Apa dia memikirkanku?, pikir Ri Yong. Dia tidak henti-hentinya memikirkan Baekhyun.

Kringgg

Bel tanda pulang akhirnya terdengar juga. Dengan perasaan bahagia Ri Yong merapikan buku dan alat-alat tulisnya kemudian menyimpannya ke dalam tasnya.

Setelah Han songsaenim keluar dari kelasnya, Ri Yong menggendong tas pink-nya di punggungnya. Ri Yong berjalan keluar kelas dengan perlahan—seraya mencari Baekhyun.

Biasanya dia akan menjemputku.. Apakah sekarang dia akan menjemputku? Apakah dia akan mengajakku untuk pulang bersama?

Ri Yong sibuk bergelut di pikirannya. Dia berharap Baekhyun akan menjemputnya. Padahal ia sudah menghukum Baekhyun untuk tidak menyapa atau mengganggunya.

Tak lama kemudian, sosok yang sedaritadi ditunggunya muncul juga. Ekspresi wajah Ri Yong berubah menjadi senang saat kedua matanya menangkap sosok Baekhyun.

Tapi, hal yang terjadi saat itu tidak sesuai dengan keinginannya. Baekhyun terus berjalan seraya mengacuhkan Ri Yong dan Ri Yong tahu kalau Baekhyun pasti melihatnya. Ia yakin kalau Baekhyun pasti melihatnya.

Ih! Dia itu kenapa, sih?! Dia benar-benar mengacuhkanku!

Ri Yong berdecak kesal. Ia mengacak-acak rambutnya frustasi karena Baekhyun telah mengacuhkannya. Dan Baekhyun memang benar—Ri Yong tidak bisa jauh darinya.

Byunnie oppa!” Ri Yong berteriak frustasi ketika sosok Baekhyun semakin menjauh. Baekhyun tentu saja tidak mendengar teriakkan kesal kekasihnya itu. Alhasil, Ri Yong semakin merasa kesal dan melangkah dengan gontai. Ia memutuskan untuk pulang sendiri dan berjalan kaki.

Tidak masalah, rumahku tidak jauh dari sini.

Ri Yong menendang batu-batu kecil yang menghalangi jalannya. Dia masih memikirkan Baekhyun. Jujur saja, sebenarnya Ri Yong ingin sekali menelpon Baekhyun. Tapi, dia tidak mau dianggap payah oleh Baekhyun. Akhirnya selama perjalanan Ri Yong hanya memaki-maki Baekhyun di pikirannya.

Sesampainya di rumah, Ri Yong melempar tas pink­-nya dan langsung membanting tubuhnya di kasur. Ia menatap layar ponselnya seraya menunggu pesan masuk atau panggilan dari Baekhyun. Ia pikir siapa tahu laki-laki itu akan merindukannya.

Oppa, kenapa kau benar-benar mengacuhkanku?”

Ini sudah yang kesekian kalinya mereka bertengkar hanya karena masalah sepele. Tentu saja Ri Yong yang memulai pertengkaran.

Selama 7 bulan berpacaran, Ri Yong selalu merasa kesal setiap kali Baekhyun tidak bisa memenuhi keinginannya.

Ri Yong berniat mengirimi pesan singkat pada Baekhyun, tapi ia masih mengutamakan gengsinya. Tentu saja ia merasa gengsi, karena ia yang membuat peraturan selama 2 hari ini ia tidak akan berkontak-kontakkan dengan Baekhyun.

“Baiklah, kalau begitu aku juga akan mengacuhkanmu, Byun Baekhyun!”

Ri Yong melempar ponselnya dengan perasaan kesal. Dia menarik gulingnya dan memeluknya. Ia memutuskan untuk tidur dan mengacuhkan Baekhyun selama seharian ini.

+++

Keesokkan harinya—saat di sekolah, Baekhyun masih mengacuhkan Ri Yong dan gadis itu tentu saja semakin kesal.

Saat jam istirahat, Ri Yong berlari menuju kantin untuk mencari Baekhyun. Dan sosok yang dicarinya itu ternyata sudah berada di kantin sedaritadi. Dia terlihat sedang mengobrol dengan Chanyeol.

Ri Yong melupakan rasa gengsinya. Ia berlari menuju tempat Baekhyun dan Chanyeol duduk. Dengan kesal, Ri Yong memukul-mukul kecil bahu Baekhyun.

“Byun Baekhyun! Kenapa kau benar-benar mengacuhkanku, hah?! Kukira kau akan menghubungiku!” teriak Ri Yong kesal. Baekhyun mengaduh kesakitan seraya mengelus bahunya yang tadi dipukul oleh Ri Yong. Ia menatap gadis itu sambil tersenyum gemas.

“Benar, kan kataku? Kau tidak bisa jauh-jauh dariku,” Baekhyun terkekeh pelan. Lagi-lagi Ri Yong menatapnya dengan kesal.

“Baekhyun, aku kembali ke kelasku, ya,” pamit Chanyeol dan meninggalkan mereka berdua di kantin. Setelah sosok Chanyeol menghilang, Ri Yong kembali ‘mengintimidasi’ Baekhyun. Ia melampiaskan rasa kesalnya kemarin pada Baekhyun.

“Sudah, sudah, kalau kau terus-terusan memukulku bisa-bisa tanganku terkilir dan aku masuk rumah sakit, kau mau aku masuk rumah sakit?” Baekhyun mengelus-elus pundaknya yang sedaritadi dipukul oleh Ri Yong.

“Kau menyebalkan,” keluh Ri Yong. Lagi-lagi Baekhyun terkekeh pelan. Ia menarik tangan Ri Yong dengan lembut agar gadis itu duduk di sebelahnya.

“Aku akan mencabut hukumanku dan sebagai gantinya kau harus menemaniku ke pasar malam itu,” rengek Ri Yong manja—melupakan pertengkaran mereka kemarin. Baekhyun tertawa. Dia sudah tahu kalau Ri Yong pasti sangat ingin ke sana dan Ri Yong tentu saja tidak bisa jauh darinya.

“Baiklah, baiklah, nanti malam aku akan menjemputmu dan kita berdua akan pergi ke pasar malam itu. Bagaimana?” Baekhyun mengalah. Lagipula hari ini dia tidak jadi mengikuti kelas tambahan.

Jinjja? Jeongmal?!” pekik Ri Yong dengan girang. Baekhyun mengangguk. Raut wajah Ri Yong mendadak berubah dengan cepat. Ia terlalu senang.

Ri Yong memeluk Baekhyun dan bergelayutan dengan manja—membuat orang yang berada di sekitar mereka menatapnya iri.

“Nanti malam kau tidak usah memakai eyeliner­-mu itu. Kau akan terlihat seram jika kau memakainya,” perintah Ri Yong.

“Kau juga tidak boleh memakai bedak terlalu tebal. Kau akan terlihat seperti hantu,” balas Baekhyun. Ri Yong merengut kesal.

Dan lagi—untuk yang kesekian kalinya, Ri Yong selalu mencabut hukumannya untuk Baekhyun. Ia memang sudah terikat dengan Baekhyun dan tidak bisa lepas darinya.

+++

Jam menunjukkan pukul setengah tujuh malam. Ri Yong tersenyum manis menatap dirinya di depan cermin. Rambutnya yang panjang itu dibiarkan tergerai. Ia memakai blouse berwana pink dan rok putih dengan panjang di bawah lutut. Ia memoleskan sedikit lipgloss pink di bibirnya—membuatnya terlihat lebih manis.

Tiba-tiba, ponselnya berbunyi. Ri Yong segera mengambil ponselnya dan ada sebuah pesan singkat dari Baekhyun.

Shin-ah, aku sudah di depan rumahmu.

Ri Yong mengambil tas selempang kecil berwarna putihnya dan memasukkan ponselnya ke dalam tas tersebut. Ia memakai wedges pink­ tujuh sentinya kemudian ia segera melesat keluar dari kamarnya.

Setelah berpamitan pada orang tuanya ia berjalan menuju pintu keluar rumahnya. Dan benar saja, di luar Baekhyun sudah menunggunya seraya duduk di atas motor ninja hitamnya.

Satu hal yang membuat Ri Yong kesal dari Baekhyun : eyeliner.

Byunnie oppa! Kenapa kau masih memakai eyeliner?!” pekik Ri Yong. Baekhyun sedikit takut untuk menatapnya. Dia tidak bisa lepas dari eyeliner-nya.

“Aku hanya memakai sedikit.. Tidak apa-apa, kan?”

Ri Yong merengut kesal. Dia menatap Baekhyun yang mengenakan blouse putih polos dan jaket kulit berwarna hitam. Ia memakai jeans denim, sepatu hitam dan sepertinya ia juga memakai sedikit gel di rambutnya. Baekhyun juga menatap Ri Yong dari ujung rambut sampai ujung kaki.

“Astaga, kau jelek sekali,” ledek Baekhyun dan tertawa kencang. Ri Yong mendecak kesal sambil menghentakkan kedua kakinya.

OPPA NAPPA! Kau lebih jelek!” jerit Ri Yong membuat tawa Baekhyun semakin kencang. Ia memukul pelan bahu Baekhyun. Setiap ia merasa kesal, ia selalu memukul pelan bahu Baekhyun.

“Sudahlah, cantik. Cepat duduk di belakangku atau aku membatalkan kencan kita malam ini.”

Mendengar hal itu, Ri Yong langsung duduk di jok belakang dan memeluk pinggang Baekhyun. Ia tidak mau kencannya malam ini batal.

Walaupun mereka memang sering bertengkar, Baekhyun tetap menyayangi Ri Yong.

+++

Sesampainya di pasar malam, Ri Yong berputar-putar senang seraya berlari-lari kecil. Ia terlihat seperti anak kecil yang baru pertama kali datang ke wahana bermain.

“Shin-ah, kau terlihat norak. Berhenti mempermalukanku,” ujar Baekhyun dengan nada ketus. Ri Yong mendelik. Dia menginjak kaki Baekhyun dengan kencang dan membuat laki-laki itu menjerit kesakitan.

“Kalau kau meledekku lagi, aku akan meninju perutmu!” ancam Ri Yong. Baekhyun merengut kesal. Baby face-nya itu selalu membuat Ri Yong tertawa.

Kajja!” Ri Yong menarik tangan Baekhyun dan menghampiri arena permainan ‘menembak’. Jika kau memenangkan permainan itu, kau boleh memilih hadiah yang kau inginkan. Dan Ri Yong tentu saja tertarik untuk memainkannya—lebih tepatnya Baekhyun yang memainkannya.

Oppa, mainkan permainan ini! Tembak dengan benar sehingga aku bisa memilih hadiah yang kuinginkan!” pinta Ri Yong.

“Kenapa tidak kau saja yang bermain?” tanya Baekhyun seraya melipat kedua tangannya di depan dadanya. Ri Yong menggeleng.

“Tidak mau, kemampuan menembakku payah. Kau saja,” perintah Ri Yong. Setelah memaksa dengan jangka waktu yang cukup lama, akhirnya Baekhyun menurut.

Ternyata Baekhyun juga memiliki kemampuan menembak yang payah, di layarnya terdapat tulisan kapital game over. Ri Yong mendecak kesal.

“Coba lagi! Yang kedua harus menang!” pinta Ri Yong. Akhirnya Baekhyun mengalah, dia mencoba lagi dan ternyata game over lagi. Ri Yong memaksa Baekhyun untuk mencoba lagi. Baekhyun menolak, tapi karena Ri Yong memaksanya—lagi—ia menurut.

“Baiklah, tapi ini yang terakhir kali. Setelah itu aku tidak mau bermain game ini lagi,” ujar Baekhyun. Ri Yong mengangguk.

Dan sepertinya hari itu memang bukan hari keberuntungan mereka berdua—terutama Baekhyun. Lagi-lagi ia kalah dalam permainan.

Akhirnya karena bosan, Baekhyun meninggalkan Ri Yong dan arena permainan tersebut tanpa memperdulikan Ri Yong yang sedaritadi meneriakkinya.

Karena tidak mau ditinggal sendirian, akhirnya Ri Yong mengejar Baekhyun yang semakin jauh dari jangkauannya.

Oppa..,” Ri Yong menarik lengan Baekhyun dengan manja. Laki-laki itu berhenti dan menatap Ri Yong seolah tidak peduli. “Byunnie oppa, mianhae..

Perlahan, seulas senyum merekah di bibir Baekhyun dan matanya membentuk sebuah eye smile yang seringkali membuat Ri Yong ‘meleleh’.

“Sekarang terserah oppa saja, aku akan mengikuti kemauan oppa,” ujar Ri Yong. Tentu saja dia berkata seperti itu karena ia tidak mau bertengkar lagi dengan laki-laki di hadapannya itu.

“Kau mau mencoba semua permainannya?” tawar Baekhyun. Ri Yong menatap Baekhyun tidak percaya.

“Tentu saja!”

+++

Setelah puas bermain-main, Baekhyun harus mengantar Ri Yong pulang ke rumahnya. Dan sekali lagi, sepertinya hari ini memang bukan hari keberuntungan Baekhyun.

Motor Baekhyun tiba-tiba saja berhenti. Keadaan di sekitar mereka juga sangat sepi. Baekhyun mengecek bensin motornya yang masih lumayan penuh. Dan dapat disimpulkan bahwa motornya saat ini mogok.

“Shin-ah, kurasa motorku mogok..,” ujar Baekhyun pelan. Ri Yong mendelik. Ia spontan turun dari atas motor dan menatap Baekhyun.

“Lalu, bagaimana caranya untuk pulang?! Rumahku masih jauh, kan?!” jerit Ri Yong frustasi. Ia melirik jam yang melingkar di tangan kirinya, dan jam sudah menunjukkan pukul setengah sembilan malam.

“Maaf, Shin-ah.. Aku tidak tahu. Tiba-tiba saja mesin motorku mati,” jawab Baekhyun seraya turun dari atas motornya. Ia melihat-lihat motornya—berusaha untuk memperbaikinya agar bisa menyala lagi. Tapi motor itu memang benar-benar mogok.

“Dan jangan bilang kalau aku juga harus ikut mendorong motormu!” ketus Ri Yong. Baekhyun menatap Ri Yong dengan tatapan memohonnya. Mau tidak mau, Ri Yong harus ikut membantu Baekhyun mendorong motornya.

Baekhyun menatap Ri Yong dengan harapan agar gadis itu mau membantunya mendorong motor besarnya itu. Dan dengan-sangat-terpaksa, Ri Yong membantu Baekhyun mendorong motornya.

“Kenapa berat sekali!” keluh Ri Yong. Baekhyun menatap Ri Yong tidak tega. Ini pertama kalinya Ri Yong harus mendorong motor yang mogok.

Baru berjalan sejauh 2 km, Ri Yong menangis kelelahan. Dia duduk di tepi jalan sambil menekuk kedua kakinya. Ia memeluk kedua kakinya dan menangis. Dia membuka kedua wedges tujuh sentinya dan melemparnya sembarang.

Baekhyun memarkirkan motornya di tepi jalan dan menghampiri Ri Yong yang menangis sesenggukkan. Sebenarnya dia tidak tega melihat Ri Yong seperti ini.

Yongie-ah.. Mianhae,” ujar Baekhyun lembut dan ikut duduk di sebelahnya. Ia merangkul pundak dingin Ri Yong dan berusaha menenangkannya.

“Aku lelah, aku mengantuk, dan aku ingin pulang,” keluh Ri Yong. Suaranya terdengar sesenggukkan. Kemudian dia sedikit merenung. “Kalau nanti aku pulang telat, orang tuaku pasti akan mengomel.”

Baekhyun sedikit tersontak mendengarnya. Ayah Ri Yong pasti akan memenggal kepalanya jika mereka berdua pulang terlalu malam, atau mungkin ia akan dikubur hidup-hidup.

“Astaga! Ayahmu pasti akan memenggal kepalaku jika kau pulang larut malam!” panik Baekhyun. Ri Yong menatap Baekhyun datar sambil mengusap air matanya yang sedikit mengering.

“Dan aku yakin kepalamu itu nanti akan dipajang di depan rumahku,” canda Ri Yong namun dengan intonasi yang cukup rendah—dan hal itu tetap membuat Baekhyun panik.

“CHANYEOL!” pekik Baekhyun tiba-tiba. Ia pikir sahabatnya itu mungkin bisa membantunya dalam keadaan genting seperti ini. Baekhyun meraba-raba kantung celananya dan mengambil telepon selulernya. Ia sedikit mengutak-atik telepon selulernya kemudian menempelkannya di telinganya.

“YEOL! Aku butuh bantuanmu sekarang!” pekik Baekhyun pada lawan bicaranya di telepon.

Apa?

“Bantu aku.. Motorku mogok di… err, sekarang aku ada dimana, ya?” Baekhyun menggaruk-garuk leher belakangnya—berusaha berpikir sekarang ia dan Ri Yong sedang berada dimana. “Yongie, sekarang kita ada dimana?”

BABO! Mana kutahu! Oppa yang mengambil jalan ini!” bentak Ri Yong. Tidak habis pikir, ternyata Baekhyun sendiri tidak tahu sekarang ia berada dimana.

Baek? Kau ada dimana?

“Aku tidak tahu, Yeol! Aku tersesat dan motorku mogok.. Huaaa bagaimana iniii?” rengek Baekhyun dan membuat Ri Yong ingin memakannya sekarang juga.

Payah! Sudahlah, mengganggu saja. Bye!

Sambungan telepon diputus oleh Chanyeol. Baekhyun seketika panik melihat Ri Yong yang sepertinya akan menangis lagi.

Oppa nappa! Babbo! Nappeun namja!” tangis Ri Yong sambil memukul-mukul pundak Baekhyun. Sedangkan Baekhyun berusaha menenangkan dirinya agar Ri Yong tidak merasa benar-benar tersesat.

“Shin-ah sayang.. Jangan menangis lagi, ya.. Maafkan aku, ya?” bujuk Baekhyun—sedangkan Ri Yong masih menangis sesenggukkan.

“Aku mau pulang..,” tangis Ri Yong. Baekhyun menggigit bibir bawahnya dan berusaha mencari jalan keluar. Ia melihat sekelilingnya dan ia benar-benar tidak tahu jalan.

“Kenapa tadi aku mengambil jalan ini, ya? Sepertinya aku tidak pernah lewat jalan ini..,” gumam Baekhyun. Ri Yong masih merengut kesal dengan air mata yang masih membasahi wajah mungilnya itu.

Oppa,” panggil Ri Yong lemah. Baekhyun menoleh dan menatap Ri Yong. “Lapar.”

Oh, God, batin Baekhyun dalam hati. Ia tak tega melihat kekasihnya itu menatapnya dengan tatapan seperti itu.

“Oh, Tuhan!” pekik Baekhyun lalu menendang motornya dengan kesal.

Brrmm!

Baekhyun melongo ketika motornya itu tiba-tiba menyala dengan sendirinya setelah ditendang olehnya. Kenapa giliran ditendang motor ini baru menyala?!

“AKHIRNYA!” pekik Ri Yong senang. Dia mengambil kembali wedges tujuh sentinya dan memakainya kembali di kaki kecilnya. Ri Yong melompat gembira dan menarik-narik tangan Baekhyun untuk segera mengantarnya pulang. “Oppa! Ayo, pulang!”

Tanpa pikir panjang, Baekhyun langsung menaikki motornya—diikuti oleh Ri Yong yang duduk di belakangnya. Dengan segera, Baekhyun menjalankan motornya untuk mengantar Ri Yong pulang.

+++

Sesampainya di depan gerbang rumah Ri Yong, Baekhyun tertegun begitu melihat kedua orang tua Ri Yong berdiri di depan gerbang rumahnya. Wajah keduanya seakan bersiap untuk menelan Baekhyun saat itu juga.

Ri Yong segera turun dari motor Baekhyun dan membungkuk dalam-dalam di depan kedua orang tuanya—begitupula dengan Baekhyun.

“Maafkan aku umma, appa. Aku janji tidak akan pulang telat lagi, sungguh!” ujar Ri Yong bersungguh-sungguh.

Jeongmal mianhamnida, ahjussi, ahjumma.. Di tengah perjalanan tadi motorku mogok, makanya kami pulang terlambat. Jeongmal mianhamnida,” jelas Baekhyun. Ia tidak berani menatap mata kedua orang tua Ri Yong.

“Kalian tahu sekarang jam berapa?” tegas ayahnya Ri Yong. Baekhyun melirik jam tangannya dan menelan ludahnya. “Jam setengah dua belas malam, ahjussi.”

“Dan kau tahu batas waktu malam Ri Yong, bukan?” sahut ibunya Ri Yong. Baekhyun mengangguk pelan. “Ini sudah terlambat dua setengah jam, Byun Baekhyun-ssi.”

Jeongmal mianhamnida, ahjussi, ahjumma. Aku berjanji ini untuk yang pertama dan terakhir kalinya,” ujar Baekhyun sedikit gugup. “Sungguh.”

“Kalau saja terjadi apa-apa padanya, kau mau bertanggung jawab?”

“Aku bersumpah hal ini tidak akan terulang lagi, ahjussi, ahjumma. Kumohon, jangan hukum Ri Yong. Dia tidak bersalah.”

Ne, appa, umma. Motor Byunnie oppa tadi tiba-tiba saja mogok, aku juga berjanji tidak akan pulang larut malam lagi. Sungguh!”

Tuan Shin menghela nafas berat setelah mengambil keputusan untuk anak kesayangannya dan untuk seorang Byun Baekhyun.

“Baiklah, nona Shin. Kau dibebaskan dari hukumanmu. Dan untuk Byun Baekhyun, aku memaafkanmu. Tapi, sekali lagi kalian pulang terlambat, tidak akan ada ampun untuk kalian berdua,” ujar ayahnya Ri Yong.

Ri Yong dan Baekhyun menghela nafas lega.

“Terima kasih banyak, ahjussi! Jeongmal khamsahamnida, ahjumma!”

Jeongmal khamsahamnida, appa, umma!”

Kedua orang tua Ri Yong hanya tersenyum dan masuk ke dalam rumahnya. Sebelum masuk ke dalam rumahnya, Ri Yong berpamitan pada Baekhyun.

“Terima kasih banyak, Byun oppa! Syukurlah kedua orang tuaku tidak marah,” ujar Ri Yong—lega. Baekhyun hanya tersenyum senang. “Annyeong, oppa.”

Ne, annyeong, Shin-ah. Jaljayo~

Baekhyun menjalankan motornya dan meninggalkan Ri Yong yang masih berdiri di depan gerbang rumahnya.

+++

2 months later..

Hubungan Baekhyun dan Ri Yong semakin merenggang, terlebih saat ini Baekhyun sedang menjalani ujian kelulusan. Dia benar-benar membutuhkan privasi dan banyak waktu luang. Tapi, mungkin Ri Yong tidak bisa memberikan privasi itu untuk Baekhyun. Dia tidak terbiasa melewati harinya tanpa Baekhyun—walaupun hanya dua jam saja.

Selain itu, belakangan ini Baekhyun merasa ia telah membuat Ri Yong merasa kecewa untuk kesekian kalinya. Padahal sebenarnya ia tidak mau membuat Ri Yong merasa kecewa atau sedih. Maka dari itu..

“Aku mau hubungan kita berakhir di sini saja.”

DEG.

Sebuah kalimat yang membuat jantung Ri Yong berdetak tidak karuan. Kalau saja di sekitar mereka tidak ada orang, mungkin Ri Yong sudah berteriak kencang.

“K..ke—kenapa?” tanya Ri Yong gugup. Mulutnya sangat sulit untuk berbicara. Bibirnya terasa sangat berat.

“Aku rasa, selama ini aku sering membuatmu kecewa. Kau juga tidak bisa memberikanku sedikit privasi, Yongie. Selain itu, saat lulus nanti aku akan pindah ke Holland. Aku yakin kalau kita tidak akan bisa berhubungan jarak jauh.”

Ri Yong menatap Baekhyun sedih. Kedua matanya memanas, dan bulir-bulir air mata itu sudah bersiap untuk terjun dari kelopak matanya untuk membasahi wajahnya.

“Baiklah kalau itu maumu.. Aku tidak akan memaksamu untuk bertahan,” ujar Ri Yong. Sebenarnya, ia sangat ingin menahan Baekhyun dan terus menjalani hubungan mereka. Tapi, di sisi lain Ri Yong juga sadar bahwa ia tidak bisa menahan Baekhyun. Ia tidak mau bersikap egois. Ia tahu kalau ia meminta Baekhyun untuk tetap berhubungan dengannya, hal itu hanya akan menyakiti perasaannya—karena Baekhyun sudah tidak bersamanya lagi.

Mianhamnida, Shin Ri Yong. Aku tidak bermaksud untuk menyakitimu. Kumohon, jangan menangis. Kalau kau menangis, hatiku akan terasa sakit,” pinta Baekhyun dan menghapus air mata Ri Yong.

Gadis itu berusaha tersenyum dengan tulus walaupun hatinya terasa sakit. Dia tidak mau memaksakan kehendaknya. Dia tidak mau egois.

Nan gwenchana, Byunnie oppa. Aku tidak akan memaksakan kehendakmu untuk menahanmu. Terima kasih banyak untuk semuanya, oppa. Jeongmal khamsahamnida, oppa,” ujar Ri Yong lirih.

Sebelum Baekhyun kembali bicara, Ri Yong berlari meninggalkan Baekhyun di koridor sendirian. Dia tidak mau menangis di depan Baekhyun. Dia tidak mau terlihat lemah. Maka dari itu, Ri Yong lebih memilih untuk menyendiri, menangis untuk meluapkan seluruh perasaannya.

+++

Hari pengumuman kelulusan. Ratusan murid kelas tiga berteriak gembira begitu tahu dirinya dinyatakan lulus dari SMA-nya.

Begitu pula dengan Baekhyun dan Chanyeol, mereka berdua melompat gembira saat melihat namanya tercantum di daftar siswa yang lulus. Dengan begitu, Baekhyun bisa pergi ke Holland untuk kuliah di sana sedangkan Chanyeol melanjutkan kuliahnya di Beijing.

“Wah, selamat! Kita lulus, Yeol!” pekik Baekhyun bahagia. Chanyeol memberi hi-5 pada Baekhyun dan tersenyum senang.

“Yup! Akhirnya aku akan melanjutkan kuliahku di Beijing!” ujar Chanyeol.

“Dan dua hari lagi, aku akan segera pergi ke Holland menyusul kedua orang tuaku di sana!” kata Baekhyun senang. Mereka berdua mengacuhkan sekelilingnya dan mengobrol mengingat kenangan mereka selama duduk di bangku SMA. Lalu..

Byun.”

DEG.

Baekhyun merasa dirinya seolah tersambar petir saat mendengar suara gadis yang sangat ia kenal. Di dunia ini, hanya ada satu gadis yang memanggilnya dengan sebutan itu.

“Selamat atas kelulusanmu.”

Baekhyun menoleh dan mendapati Ri Yong yang kini tengah berdiri di belakangnya. Gadis itu tersenyum lebar dan di tangannya ada sebuket bunga.

“Ini untukmu. Kuharap kau menyukainya aroma bunganya,” ujar Ri Yong seraya menyerahkan buket bunga itu pada Baekhyun. Baekhyun tidak bisa berkata apa-apa. Dia hanya mengambil buket bunga itu dan terdiam seribu bahasa.

“Selamat juga untuk kelulusanmu, Chanyeol oppa,” ujar Ri Yong. Chanyeol tersenyum kecil. “Terima kasih banyak, Ri Yong.”

“Semoga kalian berdua bisa meraih masa depan kalian yang cerah. Aku akan selalu mendoakan yang terbaik untuk kalian berdua. Annyeong.”

“Ri Yong.”

Gadis itu menghentikan langkahnya saat tangannya ditarik oleh Baekhyun. Baru saja ia akan meninggalkan Baekhyun dan Chanyeol, Baekhyun menahan Ri Yong untuk sebentar saja. Dan tanpa diduga-duga, Baekhyun justru memeluk Ri Yong dengan erat.

“Dua hari lagi adalah hari keberangkatanku ke Holland. Datanglah ke bandara, aku ingin mengucapkan salam perpisahan denganmu,” pinta Baekhyun. Ia melepas pelukannya dari Ri Yong. “Kau mau, kan?”

Gadis itu tersenyum simpul. “Sampai jumpa dua hari lagi, oppa.”

+++

Hari keberangkatan Baekhyun menuju Holland. Ri Yong menggenggam erat tangan Baekhyun—seolah tidak merelakan Baekhyun untuk pergi. Ia tidak menyangka kalau mereka akan berpisah.

“Ri Yong, jaga dirimu baik-baik. Jangan nakal. Jangan pernah melawan kedua orang tuamu. Turuti mereka berdua. Belajar sungguh-sungguh. Kejar cita-citamu. Susul aku di masa depan nanti, ne?” pesan Baekhyun.

“Tentu saja! Aku pasti akan lebih sukses darimu nanti,” canda Ri Yong dengan memaksakan tawanya. “Kau juga jaga dirimu baik-baik. Hati-hati di sana. Kejarlah impianmu sampai keinginanmu terwujud. Saat kita bertemu nanti, kita harus sudah menjadi ‘orang’! Janji?”

Baekhyun tersenyum mendengarnya. “Janji.”

Ri Yong merogoh tas selempangnya dan mengambil sebuah kotak yang dibungkus dengan cantik olehnya. Sebuah kenang-kenangan yang telah dipersiapkannya untuk Baekhyun.

“Hadiah sekaligus kenang-kenangan untukmu, Byunnie oppa,” ujar Ri Yong sambil memberikan bungkusan itu pada Baekhyun. Kumohon, jangan lupakan aku..

Baekhyun mengambil kotak itu dengan senang hati dan ia memeluk Ri Yong dengan erat untuk yang terakhir kalinya.

“Terima kasih, Ri Yong. Semoga kau akan menemukan laki-laki yang lebih baik dariku.” Kuharap kita akan bertemu lagi.

+++

Tiga tahun telah berlalu. Dan untuk yang kesekian kalinya dalam dua tahun terakhir ini, Ri Yong menangis diam-diam. Dia masih mengingat Baekhyun. Sangat mengingatnya.

Walaupun sekarang dia sudah lulus dan mendapatkan beasiswa untuk kuliah di Swiss, ia masih saja teringat akan Baekhyun.

Walaupun keduanya sudah saling lost contact, tapi Ri Yong masih ‘sangat’ menyayangi Baekhyun. Dia tidak bisa melupakan Baekhyun begitu saja.

Walaupun sekarang Ri Yong sudah menjadi ‘orang’, walaupun ia sekarang sudah menjadi designer internasional, Ri Yong masih belum bisa melupakan Baekhyun.

Kenangan keduanya masih melekat dengan erat di pikirannya. Ri Yong benar-benar tidak bisa melupakan Baekhyun.

Tapi, apakah Baekhyun juga merasakan hal yang sama?

+++

A year later..

Ri Yong kembali ke negara asalnya dengan menyandang status ‘international designer’. Ia telah menepati janjinya pada Baekhyun untuk menjadi orang yang sukses.

Baekhyun, apa kabarmu? Kapan kau akan kembali ke Korea? Apa sekarang kau sudah menjadi ‘orang’?

Kini, Ri Yong mempunyai butik tersendiri. Butik miliknya sudah didirikan sejak enam bulan yang lalu dan sudah lumayan terkenal. Tapi, ia memilih seorang ‘Kim Kibum’ atau yang sering disebut dengan Key untuk menjadi manajer butiknya sendiri.

“PAGI~ Kalian semua, rancanglah sebuah pakaian yang bagus untuk seorang yang terhormat! Bangsawan kaya raya itu akan mengunjungi butik kita untuk men-survey seluruh butik yang ada di Korea,” seru Key. “ARRASEO?”

Ne, manager oppa!” seru seluruh karyawan di butik itu.

“Ri Yong~” panggil Key. Ri Yong segera menghampiri Key yang masih sibuk dengan catatan-catatan kerjanya.

“Kudengar Chanyeol sudah kembali ke Korea,” kata Key. Dulu, Key juga pernah berteman dengan Baekhyun dan Chanyeol. Ri Yong terbelalak mendengarnya. “Jinjja?!”

Key mengangguk sambil menata data-data kerjaannya. “Dia sekarang sudah menjadi orang sukses! Uangnya sangat tebal~”

“Wow.. Bagaimana dengan Baekhyun? Kau tahu sekarang dia dimana?” tanya Ri Yong. Key mengangkat kedua bahunya. “Ntahlah.”

Ri Yong merengut mendengarnya.

Kuharap ia segera kembali ke sini.

+++

Pagi itu, Ri Yong membawa berkas-berkas design­-nya ke butiknya. Semalaman, ia membuat banyak sketsa untuk design barunya. Ia berjalan menuju butiknya dengan semangat.

Ri Yong baru saja akan masuk ke dalam butiknya, tapi ia tidak melihat orang yang berjalan di depannya—yang juga akan masuk ke dalam butiknya sehingga mereka bertabrakkan tanpa disengaja.

BRUK!

“Aw!” pekik Ri Yong. Seluruh lembaran design-nya terjatuh. “Mianhamnida, tuan. Aku tidak melihatmu.”

Ri Yong sibuk membereskan lembaran kertas design-nya tanpa menatap ataupun melihat orang yang ditabraknya barusan. Siapa yang peduli?, pikirnya.

Tiba-tiba, orang itu mengambil salah satu kertas sketsa design Ri Yong yang dibuatnya semalaman. Refleks saja Ri Yong mendongak untuk melihat orang yang mengambil kertas design-nya tersebut.

“Maaf, itu design-ku,” ujar Ri Yong sopan. Wajah orang itu tidak terlihat—karena tertutup oleh kertas yang dipegangnya.

“Bagus,” ujar orang itu. Dia menurunkan kertas di tangannya untuk melihat sosok Ri Yong yang masih dalam posisi jongkoknya. Dan Ri Yong—ia terkejut ketika melihat sesuatu yang melingkar di leher orang itu. Sebuah syal berwarna coklat karamel yang dibikin oleh dirinya sendiri untuk seorang Byun Baekhyun.

“Kau.. Syal ini.. Byun—”

“Baekhyun.”

Orang itu memotong kalimat Ri Yong dan menatap Ri Yong seraya tersenyum lebar. Ri Yong masih tidak percaya dengan apa yang dilihatnya saat ini.

“Kau.. benar-benar Byun Baekhyun?”

Ne, Shin-ah..”

Ri Yong hampir melonjak kaget begitu mendengar orang di hadapannya ini memanggilnya dengan sebutan ‘Shin-ah’. Hanya Baekhyun yang memanggilnya seperti itu—dengan nada yang dibuat-buat.

BYUNNIE OPPA!”

Tanpa aba-aba dan tanpa memperdulikan design-design miliknya, Ri Yong menghambur ke pelukkan Baekhyun dan memeluknya dengan sangat.. erat.

“Aku sangat merindukanmu! Aku sangat rindu padamu! Nan jeongmal bogoshippo!”

Baekhyun membalas pelukkan Ri Yong dan berbisik, “Aku juga sangat merindukanmu.”

Setelah lama berpelukkan melepas rindu, Ri Yong melepas pelukannya dan menatap Baekhyun tidak percaya. “Omo.. Ini benar-benar kau..”

Baekhyun tersenyum.

“Kudengar kau sekarang seorang designer internasional dan butik ini adalah milikmu,” ujar Baekhyun sambil menunjuk butik di depan mereka. Ri Yong mengangguk cepat. “Ternyata sekarang kau sudah menjadi ‘orang’, ya.”

“Bagaimana denganmu?” tanya Ri Yong.

“Aku sekarang sudah mempunyai kedai kopi dan.. yah, sebuah perusahaan di Holland,” jawab Baekhyun. Ri Yong membelalak kaget. “MWO?! Jinjjayo?!”

Baekhyun hanya tersenyum dan tertawa kecil—tidak ingin menyombongkan dirinya yang kini telah menjadi ‘orang’.

“Lalu, kau sedang apa ke sini?” tanya Ri Yong.

“Aku sedang men-survey butikmu,” jawab Baekhyun. Tiba-tiba, Ri Yong teringat kalimat Key kemarin. Bangsawan kaya raya itu akan mengunjungi butik kita untuk men-survey seluruh butik yang ada di Korea.

“Jadi, kaulah ‘bangsawan’ kaya raya yang disebut oleh Key itu?” tanya Ri Yong dengan nada suara yang sangat terkejut. Baekhyun hanya tersenyum simpul.

“Astaga! Kau benar-benar menjadi ‘orang’! Kau hebat sekali!” puji Ri Yong.

“Jangan berlebihan seperti itu, Yongie..”

Ri Yong masih berdecak kagum dengan seluruh yang telah dimilikki oleh Baekhyun. Ia tidak menyangka orang itu akan sesukses ini. Benar-benar di luar dugaan.

“Kau harus ceritakan pengalamanmu selama di Holland, Byun!”

“Baiklah..”

+++

Dua bulan telah berlalu, Baekhyun dan Ri Yong kini semakin dekat—lagi. Mereka sering keluar makan malam berdua atau hanya sekedar berjalan-jalan di Seoul.

Dan seperti biasa, pada sore hari Baekhyun akan mengunjungi Ri Yong di butiknya dan mengajaknya keluar.

“Yongie, bolehkah aku mengajakmu ke sungai Han?” ajak Baekhyun. Dengan senang hati, Ri Yong menerimanya. Dan seperti biasa, mereka akan berpergian menaikki mobil Baekhyun.

Sesampainya di sungai Han, mereka berdua berjalan-jalan di sekitar sungai sambil mengenang masa-masa SMA mereka yang telah lalu. Yah, cinta lama bersemi kembali..

“Yongie.”

Ne?”

“Boleh aku bertanya sesuatu?”

“Silahkan.”

Baekhyun terdiam sejenak. Dia seperti sedang berpikir keras. Kemudian, dia memberanikan dirinya untuk menanyakan sesuatu pada Ri Yong.

“Apakah kau masih menyayangiku?”

Ri Yong terdiam mendengarnya. Sejujurnya, ia bingung dengan dirinya sendiri. Sejak hari perpisahan mereka, Ri Yong tidak bisa berhenti memikirkan Baekhyun. Dan sampai detik ini, ia masih sangat-amat menyayangi seorang Byun Baekhyun. Tapi, apa mungkin mereka akan bersatu kembali?

“Shin Ri Yong, kumohon, tatap kedua mataku,” pinta Baekhyun. Mau tidak mau, Ri Yong menatap kedua bola mata hitam milik Baekhyun. “Kumohon, jawab pertanyaanku.”

Ri Yong masih terdiam. Sejujurnya ia masih sangat menyayangi Baekhyun. Tapi, apa sekarang ini Baekhyun juga masih menyayanginya?

“Ya, Byun Baekhyun. Aku masih menyayangimu. Sangat menyayangimu,” jawab Ri Yong. Baekhyun mencari-cari celah kebohongan di balik mata Ri Yong, tapi ia tidak dapat menemukan hal ini dari diri Ri Yong. Gadis ini benar-benar mengatakan yang sejujurnya.

“Aku juga, Ri Yong..,” bisik Baekhyun. Ri Yong terkejut mendengarnya. Baekhyun merogoh saku jaketnya dan mengeluarkan sebuah kotak kecil berwarna hitam dengan kain beludru yang menghiasinya.

“Aku sudah memikirkan hal ini sejak dulu, Ri Yong. Saat kita putus, aku sudah memikirkan hal ini,” ujar Baekhyun. Ia berlutut di depan Ri Yong dan memegang kotak kecil berwarna hitam itu di depan wajahnya. “Kumohon, jadilah istriku. Menikahlah denganku, Shin Ri Yong.”

Ri Yong terpaku di tempatnya. Setiap kata yang diucapkan oleh Baekhyun barusan bagaikan mimpi yang tak akan pernah terwujud baginya. Namun hari ini, saat ini, menit ini, detik ini, seorang Byun Baekhyun telah mewujudkan hal itu.

Baekhyun membuka tutup kotak kecil tersebut, dan di dalamnya ada sepasang cincin bertahtakan berlian dengan ukiran nama mereka berdua di cincin tersebut.

“Byun.. Tolong jangan katakan padaku bahwa aku sedang bermimpi. Ini sungguhan, bukan? Kau tidak bercanda, kan?” Ri Yong masih tidak mempercayai apa yang dihadapinya saat ini.

“Kau tidak bermimpi, Yongie. Aku tidak bercanda, Yongie. Aku serius. Kumohon, jadilah istriku,” ulang Baekhyun dan berdiri di hadapan Ri Yong.

Dengan hati yang mantap, dan dengan sangat yakin, Ri Yong menjawab, “Aku mau menjadi istrimu, Byun Baekhyun.”

Sebuah kalimat yang membuat Baekhyun merasakan kebahagiaan yang sesungguhnya. Sebuah kalimat yang menyatakan bahwa mereka memang diciptakan untuk bersama.

Dengan rasa bahagia yang meluap-luap di dalam dirinya, Baekhyun memeluk Ri Yong dengan erat. Melampiaskan kebahagiaan yang ia rasakan saat ini.

“Aku janji akan membuatmu bahagia, Shin Ri Yong.”

Dan memang sejak awal mereka dipertemukan untuk bersatu.

-FIN-

Ini apasih.. u___u

Kok makin ke sini saya makin ngaco ya u___u

Gimana ceritanya? Failed gak sih? Kok saya malah ngerasa aneh gimana gitu ya u__u otak mentok, makanya ceritanya begini. Err..emang ftv banget ya? -____- *telen dio*

Buat yang punya nama ‘Shin Ri Yong’, gimana ceritanya? Apakah ceritanya memuaskan? Maaf ya kalo ceritanya kurang memuaskan u.u

Maaf juga kalo ceritanya terkesan buru-buru/alurnya kecepetan, udah 12 halaman Microsoft word dan saya males manjanginnya lagi-__-

Beidewei, ff request-an lainnya saya belum janji kapan bisa dipostnya. Abisnya saya bete, laptop abis diinstall ulang dan memorinya gamau dibackup-__- kan ngeselin-__-

Tapi, untuk yang judulnya ‘Beautiful Liar’ a.k.a request-annya hangukffindo udah setengah jadi dan saya simpen di draft._. mungkin next ff itu yang akan saya publish huehehe

MAAF LAMA NGGA UPDATE T_T

Eh? Kok curcolnya jadi panjang?-.-

Yasud, wanna komen? *ngacung cincin emas 24,5 karat ;p*

6 responses to “Bound To You

  1. waaaaaa endingnya so sweet, endingnya udah bisa ketebak sih sama kurang konfliknya jg hehe, tpi bagus kok chingu~^^

  2. ff nya uda bagus,
    Cuma saran :] mungkin konfliknya sdkit diperumit lg,
    Jd endingnya bsa bikin readers jd penasaran
    😀

    Dtnggu FF slanjutnya y. . ^^

  3. *muncul dari gentong minyak(?)* \(‘o’)/ hhuuuuaaaaaalllooooo eon thor fai muehehee._. Aku abis ngubek2 blog eon thor fai dannn yupp!!!! Ini kereeennnnnnnnnn hesemelehhhh .-. Ya mungkin emg konfliknya sedikit. TAPIIIIII… Justru yang kek gini yg aku suka HuaHaHaHa *ketawa pocong(pocong=setan-_-v)* ~aku cuma bisa comment begini2 aja. Gapanjang(?) Dan yg pasti absurd selalu ngintilin dibelakang(?). Maapkan ya m(_ _)m *pake helm(?)* *bowbowbow* *kejedot* *ga benjol dongg\(´▽`)/(?)* ~tapi serius,aku lumayan nangkep juga sama feelnya dan aku suka. Beneran deh. Kalo gapercaya, Tigariusan dikurang duariusan deh jadinya biar seriusan(?)–.–a /plakk/ /reader gaje lau-,-“/ ~okehh,aku ngobok2 lagi ya biar kaya lagunya joshua diobok-obok ‘-‘?) ~ *jjangg *hilang begitu saja. Sekian*

Leave a comment